Film ini dibuka dengan pertanyaan yang sering kita tanyakan: ada berapa bintang di langit? Lalu ia membawa kita ke dalam sebuah pertanyaan lanjutan: apakah di bintang-bintang itu ada makhluk seperti manusia? Apakah dia juga mencari kita seperti kita mencari mereka? Bagaimana jika mereka terlebih dulu menemukan kita?
Alien berwajah mirip manusia kemudian turun dari sebuah pesawat ruang angkasa dengan ekspresi muka yang aneh, telanjang dan hanya menggunakan kalung bercahaya. Dia lalu berjalan menuju manusia pertama yang ia lihat. Tak dikira, orang tersebut mengambil kalungnya. Di sinilah petualangan si alien bermula. Dia harus menemukan kalung itu untuk bisa memanggil pesawatnya dan kembali pulang.
Pencarian kalung yang merupakan remote kontrol pesawatnya itu membuatnya belajar bagaimana manusia hidup. Dia mengambil pakaian dari “mobil bergoyang” karena tahu bahwa manusia harus menggunakan baju. Dia juga mengenal kertas yang bergambar orang itu ternyata bisa ditukar makanan. Dia belajar terkadang dengan pakaian tertentu orang akan menghormatinya dan memberikan apapun yang dia inginkan tanpa meminta.
Namun, pencariannya di desa tersebut tak membuahkan hasil seperti yang dia harapkan. Akan tetapi, di desa ini, berkat seorang teman yang menolongnya setelah menabrak PK (sebutan si alien), dia akhirnya dapat menyewa PSK dan menggenggam tangannya untuk memperoleh ilmu bahasa. Lewat bahasa dia memulai perjalanan selanjutnya, mengikuti petunjuk temannya. Bahwa barang yang dia cari mungkin ada di Delhi.
Delhi mengundang banyak tanya. Setiap orang yang dia ceritai tentang kalungnya yang hilang hanya menjawab, “hanya Tuhan yang bisa menolongmu.” Dari sinilah dimulai pertanyaan di mana Tuhan. Dia menuju ke kuil, membeli sebuah patung dewa, membeli persembahan untuk dewa, masuk ke gereja, shalat di mesjid, dan segala ritual aneh dari beragam agama dan keyakinan di India, namun Tuhan tak juga menolongnya. Tuhan tak juga dia temukan maupun menemukannya. Dalam keadaan mulai putus asa dia membagi-bagikan selebaran “Dicari : TUHAN”. Usahanya membagi-bagikan selebaran ini membuatnya bertemu dengan remote kontrolnya yang kini ternyata dijadikan “bahan dakwah” oleh seorang pemuka agama bernama Taspavi di kota Delhi, namun dia gagal mengambilnya.
Perjalanan kemudian mempertemukannya dengan seorang wartawan wanita bernama Jaggu. Pada Jaggulah dia menceritakan siapa dirinya. Pada mulanya, Jaggu mengira PK gila karena mengaku sebagai alien—bisa membaca pikiran dan bertelepati—sampai sebuah kejadian membuatnya percaya. Kejadian ini akan membuat penonton merasa seperti Jaggu, hanya seorang penafsir tanpa tahu bagaimana yang sebenarnya.
PK lalu semakin mempertanyakan Tuhan. Pertanyaan-pertanyaannya ini membuat Taspavi merasa terancam. PK mempertanyakan banyak hal. Mempertanyakan Tuhan mana yang benar? Kenapa ada begitu banyak Tuhan? Jika Tuhan satu kenapa cara menghubunginya berbeda-beda? PK membawa kita pada kesimpulan yang pertama, bahwa manusia salah dalam caranya menghubungi Tuhan, dia menyebutnya “salah sambung”. Dalam perangnya dengan Taspavi, PK ditanya apa agamanya. Lalu dia bersama beberapa orang dengan pakaian berbeda yang mencerminkan identitas agama tertentu mendatangi Taspavi. PK bertanya kepada Taspavi apa agama mereka semua, dan kagetlah Taspavi si pemuka agama karena tebakannya salah semua. Dia tertipu dengan pakaian yang dikenakan orang-orang itu. PK lalu membuka bajunya dan bertanya dalam tubuh kita mana yang membedakan agama kita? Adakah tanda dalam tubuh kita yang menunjukkan kita beragama tertentu? Tidak ada!
Teman PK di desa tempat pertama dia tiba akhirnya berhasil menemukan si pencuri kalung PK. Pencuri tersebut mengaku menjualnya ke Taspavi. PK akhirnya mengajak kita pada kesimpulan selanjutnya, tidak semua “salah sambung”. Tuhan mendengar doa-doa dan harapan kita, namun manusia terkadang salah menafsirkan kehendak Tuhan. Malah, pemuka-pemuka agama itulah yang membuat kita salah menafsirkan kehendak Tuhan. Pada acara debat antara PK dan si pemuka agama, penonton semakin diyakinkan bahwa yang kita yakini kebenaran itu bisa jadi hanyalah tafsiran-tafsiran kita akan kebenaran, bukan kebenaran itu sendiri.
Film PK sendiri — sebagaimana film India pada umumnya — berakhir bahagia, walaupun dengan sedikit “luka”. PK ternyata mencintai Jaggu, tetapi Jaggu mencintai pria lain yang putus darinya karena beda agama. Jaggu terlambat menyadari bahwa PK mencintainya.
Film ini akan menggelitik bahkan mungkin mengguncang nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan kita. Ada beberapa dialog yang saya suka di film ini, salah satunya ialah, “Tuhan itu ada dua, Tuhan yang menciptakan kita, dan Tuhan yang diciptakan pemuka agama yang menjual agama.”
Pada akhirnya film seakan memberikan pesan bahwa untuk menemukan kebenaran yang utuh, kita harus menjadi alien dan melepaskan semua pakaian kita. Pertanyaannya, beranikah kita?
***
PK
Sutradara: Rajkumar Hirani
Penulis Skenario: Rajkumar Hirani, Abhijit Joshi, Sreerag Nambiar
Pemain: Aamir Khan, Anushka Sharma, Sanjay Dutt, Boman Irani, dll.